Selasa, 14 Maret 2017

Hujan

Rintikan hujan mengguyur bumi seakan datang tanpa permisi

Kala itu.. Begitu banyak canda tawa yang terdengar diantara segerombolan kawan di teras rumah yang sederhana. Diantaranya ada 3 dara dan 3 merpati, tak berarti mereka sepasang. Dalam pertemanan tak memandang kaya dan miskin, tak memandang indah dan buruk, tak memandang bodoh dan pintar ataupun sebagainya. Segerombolan itu hanya melepas tawa ketika masih bersama.

Laju roda menuju datangnya awan berembun, kunikmati setiap detiknya, sesekali kau tanya dan bercerita tentang apapun yg penting dan tak penting menurutku. Ku dengarkan.. Ku dengarkan.. Karena aku tau kau seperti apa.
Semilir angin dan hawa dingin mampu menembus kain tebal, kau tak guyar.. Tetap saja melaju kencang. Aku diam.. Karena aku tau seperti apa dirimu.

Hujan.. Seperti itulah katanya
Tangan ini tak mampu dan tak berhak untuk menyentuhmu apalagi menikmati keindahanmu, aku tak bisa. Bukan karena aku tak mau, tetapi aku tau batas yang tidak boleh aku lampaui.
Bersamamu hujan.. Aku hanya ingin merasakan nikmat segarnya kehadiranmu, dalam diamku dalam kedipan mataku ku pastikan aku tak akan melampaui batasku.

Setiap insan tiada yang sempurna, dalam dirinya pasti ada titik hitam yang menjadi kekurangannya.
Aku, kamu, dan siapapun yang membaca tulisan ini
Kita semua tau batasan kita yaa.. Batasan dalam pertemanan, batasan dalam persahabatan, batasan dalam pergaulan dan sebagainya
Jika kau tak perlu melanggar batas itu, berhentilah.. Maka damai dan ketenangan tak akan meninggalkanmu.
Namun jika kau ingin melewatinya, pastikan kau melanggar karena ijin yang pasti.. Maka damai dan ketenangan tak akan meninggalkanmu.

#14/3/17cs

Tidak ada komentar:

Posting Komentar